1.
Teori Malthus (1766-1834)
Malthus
memulai dengan 2 postulat yaitu:
1)
Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup
manusia dan
2)
Bahwa kebutuhan nafsu seksual antar
jenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa.
Atas dasar postulat tersebut
Malthus menyatakan bahwa, jika tidak ada pengekangan, kecenderungan pertambahan
jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten (pangan).
Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur sedangkan perkembangan subsisten
(pangan) mengikuti deret hitung (Malthus dalam Said Russli; 1983:4).
Menurut Malthus hal ini
mengakibatkan kegoncangan di bidang pengadaan pangan manusia (Malthus dalam
N.H.T. Siahaan; 2004:88).
Menurut pendapat Malthus ada
faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi kegoncangan dan kepincangan
terhadap perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan jalan :
Preventive checks
Yaitu faktor-faktor yang dapat
menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk
didalamnya antara lain :
1.
Penundaan
masa perkawinan
2.
Mengendalikan
hawa nafsu
3.
Pantangan
kawin
Positive
checks
Yaitu faktor-faktor yang menyebabkan
bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain :
1.
Bencana
Alam
2.
Wabah
penyakit
3.
Kejahatan
4.
Peperangan
Positive checks biasanya dapat
menurunkan kelahiran pada negara-negara yang belum maju. Menurut
Malthus hal ini akan mengakibatkan kegoncangan di bidang pengadaan pangan manusia. Meskipun oleh
banyak sarjana teori Malthus dinilai mempunyai kelemahan, namun setelah melewati
kurun waktu 2 abad barulah teori tersebut disadari dimana kesulitan pangan di
belahan Asia, Afrika, dan Amerika Latin kian merajarela.
Lester R. Brown dan Erik P. Eckholn
memaparkan dalam bukunya By Bread Alone,
bagai mana parahnya kerusakan ekologi sebagai akibat semakin bertambahnya
jumlah penduduk hingga melampaui bumi (Lester R. Brown; 1977:89).
A.
Teori
Sosial Ekonomi.
1.
Emile Durkheim
Emile
Durkheim adalah seorang ahli Sosiologi Perancis, Durkheim
dilahirkan di Épinal, Perancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga Yahudi
Perancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah
kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena
keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Ia
menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang
tinggi. Ia mengatakan pada suatu wilayah dimana angka kepadatan penduduknya
tinggi akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan
antara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam usaha memenangkan
persaingan tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan
ketrampilan serta mengambi spesialisasi tertentu. Keadaan seperti ini jelas
terlihat pada masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks (Ida Bagoes
Mantra; 2000:75).
2.
Arsene Dumont (1890)
Pengikut
teori sosial ekonomi menyatakan bahwa perkembangan penduduk bertolak dari
keadaan sosial ekonomi masyarakat. Dumont mengajukan teori kapilaritas sosial (theory of social capilarity) teori itu
menyebutkan bahwa seseorang cenderung berusaha mencapai kedudukan tertinggi
dalam masyarakat. Untuk dapat mencapai kedudukan sosial ekonomi itu, keluarga
besar merupakan beban yang berat sehingga seseorang dengan sadar membuat
perencanaan keluarga berencana. (Arsene Dumont dalam Suroso Santoso; 2005:3).
B. Teori Fisiologi
1.
Raymon S. Pearl (Sudut Pandang
Naturalistik)
Pearl mengemukakan teori universal
tentang pertumbuhan penduduk yang didasarkan atas dugaan atau asumsi biologi
dan geografi. Tiap penduduk mula-mula mengalami pertambahan atau kenaikan
jumlah sangat lambat, yang makin lama makin cepat, mencapai titk tengah daur,
dan kemudian makin berkurang pertambahannya hingga mencapai akhir dari daur.
Pertumbuhan daur tersebut mengikuti kurva normal.
Jadi mula-mula jumlah penduduk
sedikit, bertambah hingga makin lama makin banyak tetapi akhirnya tidak
bertambah lagi. Toeri Pearl penyebab berhentinya pertambahan penduduk adalah
kepadatan penduduk. Arah pertumbuhan penduduk mengikuti kurva normal tersebut
akibat pengaruh kepadatan di ruang hidup (Raymon S. Pearl dalam
Lily; 1989:113).
2.
Michael T. Sadler dan Thomas Doubleday
(sudut pandang fisiologis)
Sadler
mengemukakan bahwa:
Daya
reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau
wilayah, Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun.
Sebaliknya jika jumlah penduduk rendah maka daya reproduksi manusia akan
meningkat. (Sadler dalam Ida Bagoes Mantra; 2000:76).
Teori
Doubleday hampir sama dengan teori Sadler, hanya saja tolaknya berbeda. Doubley
mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan
makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya
reproduksi manusia. Menurut Doubley kekurangan bahan makanan akan merupakan
perangsang bagi reproduksi manusia sedangkan kelebihan pangan justru merupakan
faktor pengekang perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang
berpendapatan rendah, seringkali terdiri dari penduduk dengan keluarga besar,
sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan baik biasanya jumlah keluarganya
kecil (Ida Bagoes Mantra; 2000:76-77) .
3.
Corrado Gini (1965-1986)
Teori Corrado Gini disebut
juga teori berdasar dari sudut pandang statistik biologi, menyatakan tentang:
According
to Gini the population tends to follow an evolution similar to the life cycle
of the individual. As the individual passes through the succesive stages of
development, maturation, and invulation, similar is the case with the evolution
of human being. The biological theories have not been accepted as sufficient
explanation of population since, as has been pointed out by cultural theories,
social and cultural factors are equally important in the growth of population.
Fertility is not a mere biological phenomena but very much influenced by social
and cultural factor. (Corrado Gini dalam Rajendra
K.Sharma; 2007:31)
Terjemahan
: Menurut Gini penduduk cenderung mengikuti evolusi mirip dengan daur hidup.
Sebagai individu melewati tahap berturut kelahiran, pembelajaran, dan
pendewasaan, mirip halnya dengan evolusi manusia. Teori-teori biologi belum
diterima sebagai penjelasan yang cukup dari populasi karena, seperti telah
ditunjukkan oleh teori-teori budaya, faktor sosial dan budaya sama pentingnya
dalam pertumbuhan penduduk. Kelahiran bukan fenomena biologis semata tetapi
sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya.
C. Transisi Demografi
Teori
tarnsisi demografi yaitu teori yang menerangkan perubahan penduduk dari tingkat
pertumbuhan yang stabil tinggi (tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi) ke
tingkat pertumbuhan rendah (tingkat kelahiran dan kematian rendah) (Moh Yasin;
1981:14-15).
Empat kategori transisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
I.
Kelahiran dan kematian keduanya pada tingkat yang tinggi sekitar 40-50.
Reproduksi/kelahiran tidak terkendali, kematian bervariasi setiap tahunnya.
Panen yang gagal, harga yang tinggi menyebabkan kelaparan dan daya tahan tubuh
terhadap penyakit sangat lemah. Ditambah lagi dengan meluasnya penyakit
menular, menyebabkan angka kematian tinggi.
II.
Angka kematian menurun akibat
diperbesarnya anggaran kesehatan dan juga mulai adanya penemuan obat-obatan
yang semakin maju. Sementara itu angka kelahiran tetap pada tingkat yang tinggi
sehingga mengakibatkan pertumbuhan penduduk meningkat dengan pesatnya.
III.
Angka kematian terus menurun tetapi
tidak secepat pada kategori ke II. Angka kelahiran mulai menurun akibat dari
urbanisasi, pendidikan, dan peralatan kontrasepsi yang paling maju.
IV.
Pada tingkat ini kelahiran dan kematian
mencaoai tingkat yang rendah dan pertumbuhan pendiuduk kembali lagi seperti
pada kategori pertama yaitu mendekati nol.
Keempat
proses ini menurut teori transisi demografi akan dialami oleh negara-negara yang sedang
melaksanakan pembangunan ekonomi yang pesat (Moh. Yasin; 1981:15-16).
DAFTAR
PUSTAKA
Brown, R. Lester. 1977.Dengan
sesuap Nasi. Jakarta : Gramedia.
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius.
Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum (Edisi Kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rilantono, Lily
I. 1989. Abstrak Penelitian Tentang Anak
di Indonesia. Jakarta: Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia.
Rusli, Said. 1983.
Pengantar Ilmu
Kependudukan. Jakarta: LP3S.
Santoso, Suroso. 2005. Mengarustamakan Pembangunan Berwawasan
Kependudukan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Sharma, Rajendra K. 2007. Demography and Population Problems. New
Delhi: Atlantic Publiser and Distributor.
Siahaan, T. H. N. 2004. Hukum
Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta : Gelora Akasara Pratama.
Yasin, Moh.
Dkk. 1981. Dasar-dasar
Demografi, Lembaga Demografi
UI Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar