Senin, 23 Desember 2013

Struktur Geologi Pulau Jawa


Jawa Barat
            Jawa Barat memiliki  arah pola umum struktur   Timur Laut –Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir.
Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beribis dan sear-sear dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik.
 Menurut Harsono P. (1983) Stratigrafi daerah kendeng terbagi menjadi dua cekungan pengendapan, yaitu Cekungan Rembang (Rembang Bed) yang membentuk Pegunungan Kapur Utara, dan Cekungan Kendeng (Kendeng Bed) yang membentuk Pegunungan Kendeng. Formasi yang ada di Kendeng adalah sebagi berikut:
1. Formasi Kerek
Formasi ini mempunyai ciri khas berupa perselingan antara lempung, napal lempungan, napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded bedding) yang mencirikan gejala flysch. Berdasarkan fosil foraminifera planktonik dan bentoniknya, formasi ini terbentuk pada Miosen Awal – Miosen Akhir ( N10 – N18 ) pada lingkungan shelf. Ketebalan formasi ini bervariasi antara 1000 – 3000 meter. Di daerah Lokasi Tipe, formasi ini terbagi menjadi 3 anggota (de Genevreye & Samuel, 1972), dari tua ke muda masing-masing : a. Anggota Banyu Urip Tersusun oleh perselingan antara napal lempungan, napal, lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan dengan total ketebalan 270 meter. Pada bagian tengah perselingan ini dijumpai batupasir gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian atas ditandai oleh adanya perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan sisipan tipis dari tuf halus. Anggota ini berumur N10 – N15 (Miosen Tengah bagian tengah – atas). b. Anggota Sentul Tersusun oleh perulangan yang hampir sama dengan Anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang bertufa menjadi lebih tebal. Ketebalan seluruh anggota ini mencapai 500 meter. Anggota Sentul diperkirakan berumur N16 (Miosen Tengah bagian bawah). c. Batugamping Kerek Anggota teratas dari Formasi Kerek ini tersusun oleh perselang-selingan antara batugamping tufan dengan perlapisan lempung dan tuf. Ketebalan dari anggota ini adalah 150 meter. Umur dari Batugamping Kerek ini adalah N17 (Miosen Atas bagian tengah).
2. Formasi Kalibeng
 Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Kerek. Formasi ini terbagi menjadi dua anggota yaitu Formasi Kalibeng Bawah dan Formasi Kalibeng Atas. Bagian bawah dari Formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter berwarna putih kekuningan sampai abu-abu kebiruan, kaya akan foraminifera planktonik. Asosiasi fauna yang ada menunjukkan bahwa Formasi Kalibeng bagian bawah ini terbentuk pada N17 – N21 (Miosen Akhir – Pliosen). Pada bagian barat formasi ini oleh de Genevraye & Samuel, 1972 dibagi menjadi Anggota Banyak, Anggota Cipluk, Anggota Kalibiuk, Anggota Batugamping, dan Anggota Damar. Di bagian bawah formasi ini terdapat beberapa perlapisan batupasir, yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi suatu endapan aliran rombakan debris flow, yang disebut Formasi Banyak (Harsono, 1983, dalam Suryono, dkk., 2002). Sedangkan ke arah Jawa Timur bagian atas formasi ini berkembang sebagai endapan vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit. Fasies tersebut disebut sebagai Formasi Atasangin, sedangkan bagian atas Formasi Kalibeng ini disebut sebagai Formasi Sonde yang tersusun mula – mula oleh Anggota Klitik, yaitu kalkarenit putih kekuningan, lunak, mengandung foraminifera planktonik maupun foraminifera besar, moluska, koral, alga, bersifat napalan atau pasiran dan berlapis baik. Bagian atas bersifat breksian dengan fragmen gamping berukuran kerikil sampai karbonat, kemudian disusul endapan bapal pasiran, semakin ke atas napalnya bersifat lempungan, bagian teratas ditempati napal lempung berwarna hijau kebiruan.
3. Formasi Pucangan
            Di bagian barat dan tengah Zona Kendeng formasi ini terletak tidak selaras di atas Formasi Sonde. Formasi ini penyebarannya luas. Di Kendeng Barat batuan ini mempunyai penyebaran dan tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi. Ketebalan berkisar antara 61 – 480 m, berumur Pliosen Akhir (N21) hingga Plistosen (N22). Di Mandala Kendeng Barat yaitu di daerah Sangiran, Formasi Pucangan berkembang sebagai fasies vulkanik dan fasies lempung hitam.
4. Formasi Kabuh
 Formasi Kabuh terletak selaras di atas Formasi Pucangan. Formasi ini terdiri dari batupasir dengan material non vulkanik antara lain kuarsa, berstruktur silangsiur dengan sisipan konglomerat dan tuff, mengandung fosil Moluska air tawar dan fosil – fosil vertebrata berumur Plistosen Tengah, merupakan endapan sungai teranyam yang dicirikan oleh intensifnya struktur silangsiur tipe palung, banyak mengandung fragmen berukuran kerikil. Di bagian bawah yang berbatasan dengan Formasi Pucangan dijumpai grenzbank. Menurut Van Bemmelen (1972) di bagian barat Zona Kendeng (daerah Sangiran), formasi ini diawali lapisan konglomerat gampingan dengan fragmen andesit, batugamping konkresi, batugamping Globigerina, kuarsa, augit, hornblende, feldspar dan fosil Globigerina. Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan batupasir tuffaan berstruktur silangsiur dan berlapis mengandung fragmen berukuran kecil yang berwarna putih sampai cokelat kekuningan.
5. Formasi Notopuro
            Terletak tidak selaras di atas Formasi Kabuh. Litologi penyusunnya terdiri dari breksi lahar berseling dengan batupasir tufaan dan konglomerat vulkanik. Makin ke atas, sisipan batupasir tufaan makin banyak. Juga terdapat sisipan atau lensa – lensa breksi vulkanik dengan fragmen kerakal, terdiri dari andesit dan batuapung, yuang merupakan ciri khas Formasi Notopuro. Formasi ini pada umumnya merupakan endapan lahar yang terbentuk pada lingkungan darat, berumur Plistosen Akhir dengan ketebalan mencapai lebih dari 240 meter.
6. Formasi Undak Bengawan Solo
 Endapan ini terdiri dari konglomerat polimik dengan fragmen batugamping, napal dan andesit di samping batupasir yang mengandung fosil-fosil vertebrata, di daerah Brangkal dan Sangiran, endapan undak tersingkap baik sebagai konglomerat dan batupasir andesit yang agak terkonsolidasi dan menumpang di atas bidang erosi pad Formasi Kabuh maupun Notopuro.

Jawa Tengah
            Daerah Jawa Tengah merupakan bagian yang sempit diantara bagian yang lain dari pulau jawa. Derah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegungungan Bogor di sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di sebeah timur, serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat. Di jawa tengahdapat pula ditemui di gunung bujil yang berupa dike basaltik yang memotong farmasi karang sambung di bayat dapat ditemui diperbukitan jiwo berupa dike basaltik dan stok gabroik yang memotong sekis kristalin dan farmasi gampin wungkal.magmatisme oligosen miosen tengah pulau jawa terbentuk oleh rangkaian gunung api yang berumur oligosen-meosen tengah dan poliosen-kuarter.
Fisiografi dan pagunungan regional
Stratigrafi pegunugan kulon progo daerah penelitian yang merupakan daerah sebelah timur dari pegunungan serayu selatan,secara stratigrafis termasuk daerah kulon progo.unit stratigrafis yang paling tua di daerah pegunungan kulon progo dikenal dengan formasi nanggulan.
1)      Formasi nanggulan :merupakan farmasi yang paling tua di daerah pegunungan kulon progo.slingkapan batuan-batuan penyusun dari farmasi nanggulan,dijumpai di sekitar desa nanggulan,yang merupakan kaki sebelah timur dari pegunungan kulon progo.
2)      Formasi andesit :merupakan tua Batuan penyusun dari formasi ini trdiri atas braksi andesit,tuf,tuf tapili,aglomerat dan sisipan aliran lava andesit.formasi andesit ini dengan ketebalan 500 meter mempunyai kedudukan yang tidak selaras di atas formasi nanggulan.
3)      Formasi jonggrangan :merupakan suatu desa yang ketinggiannyan di atas 700 meter dari muka air laut dan disebut sebagai plato jonggrangan.bagian bawah dari formasi ini terdiri dari konglomerat yang ditumpangi oleh napal tufan batu pasir gampingan dengan sisipan lignit.batuan ini semakin ke atas menjadi batu gamping koral,formasi jonggrangan ini terletak secara tidak selaras teletak di atas formasi andesit tua.ketebalan dari formasi janggrangan mencapai sekitar 250 meter 
4)      Formasi sentolo : Litologi penyusun formasi sentolo ini dibagian bawah, terdiri dari agromerit dan napal,semakin ke atas berubah menjadi batu gamping berlapis dengan fasies neritik.umur formasi sentolo ini berdasarkan penelitian terhadap fosil foraminifera plantonik adalah berkisar antara Miosen awal sampai Pliosen.formasi sentolo ini mempunyai ketebalan sekitar 950 meter.

Geologi Regional Cekungan Jawa Timur.
Secara geologi Cekungan Jawa Timur terbentuk karena proses pengangkatan dan ketidakselarasan serta proses-proses lain, seperti penurunan muka air laut dan pergerakan lempeng tektonik. Tahap awal pembentukan cekungan tersebut ditandai dengan adanya half graben yang dipengaruhi oleh struktur yang terbentuk sebelumnya. Tatanan tektonik yang paling muda dipengaruhi oleh pergerakan Lempeng Australia dan Sunda. Secara regional perbedaan bentuk struktural sejalan dengan perubahan waktu.Pegununggan serayu utara memliki las 30-50 km,pada bagian barat di batasi oleh gunung selamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda.Gunung perahu dan gunung ungaran merupakan gunug api kwarter yang menjadi bagian paling timur dari pegunungan serayu utara.Daerah gunung ungaran ini di sebelah utara berbatasan dengan dataran aluvial jawa di bagian utara ,di bagian selatan merupakan jalur pegunungan api kwarter, di bagian tmur berbatasan dengan pegunungan kendeng .Di bagian utara pulau jawa ini merupakan geo sinklin yang memanjang dari barat ke timur.
a.       Batuan Pra-Tersier
      Merupakan semua batuan yang berumur lebih tua dari Tersier, mendasari batuan Kenozoikum biasanya telah mengalami ubahan. Di Jawa Timur bagian Utara batuan Pra-Tersier tidak tersingkap di permukaan dan kehadirannya hanya dapat diketahui dari sumur-sumur pemboran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minyak bumi yang beroperasi di Indonesia. Batuan Pra-Tersier terletak secara tidak selaras di bawah batuan Sedimen-Tersier.
b.      Formasi Ngimbang
      Sedimen yang terjadi di Formasi Ngimbang berupa batulempung, batupasir dan batuan karbonat yang terendapkan pada lingkungan darat-fluvial deltaic sampai laut dangkal. Formasi ini berumur Eosen Tengah sampai Oligosen Tengah Eosen Tengah-Oligosen tengah, terjadi proses sedimentasi pertama didaerah cekungan dengan terendapnya Formasi Ngimbang.
c.       Formasi Kujung
      Formasi Kujung pada bagian tinggiannya, berkembang sebagai batugamping terumbu, sedangkan di daerah cekungan berkembang sebagai batugamping klastik dan batulempung. Proses transgresi terus berlangsung hingga pada masa Oligosen Tengah – Miosen Bawah.
d.      Formasi Tuban
      Pada daerah tinggian Formasi Tuban, berkembang batu gamping terumbu sebagai kelanjutan pertumbuhan terumbu Formasi Kujung sedangkan di daerah cekungan diendapkan secara dominan batulempung dan batulanau dengan sisipan batugamping klastik. Pengaruh proses transgresi yang lebih besar pada umur Miosen Tengah – Miosen Atas menyebabkan seluruh daerah tinggian menjadi tenggelam.
e.       Formasi Ngrayong
 Formasi ini ditandai dengan adanya lapisan batupasir kuarsa dan batugamping klastik. Ciri litologinya adalah batulempung dan batupasir, dengan sedikit sisipan batugamping. Umur Formasi Ngrayong adalah Miosen Tengah. Formasi Ngrayong terletak selaras di atas Formasi Tuban dan diendapkan secara selaras di bawah Formasi Wonocolo.
f.       Formasi Wonocolo
Formasi Wonocolo terdiri dari batulempung karbonat berwarna kelabu yang halus serta marl dengan batugamping yang keras berwarna putih. Ciri pengenal adalah napal, napal lempungan, napal pasiran, kaya akan foraminifera plangtonik dengan sisipan kalkarenit. Stratigrafinya adalah Miosen Akhir bagian bawah- Miosen akhir bagian tengah atau Zona N15-N16 (Blow,1969).
g.      Formasi Kawengan
Formasi Kawengan terdiri dari dua anggota (member) yaitu :
·         Member Mundu (Pliosen Awal – Pliosen Akhir), yang tersusun oleh napal dan napal pasiran serta batugamping pasiran. Formasi ini terendapkan setelah Formasi Ledok yang dipengaruhi oleh proses regresi ke transgresi.
·         Member Ledok (Miosen Awal- Pliosen Awal), yang tersusun oleh batupasir gampingan, batugamping pasiran dan napal, formasi ini diendapkan di atas Formasi Wonocolo. Batugamping terumbu pada formasi ini oleh sebagian peneliti disebut Karren Limestone.
h.      Formasi Lidah
Formasi Lidah didominasi oleh endapan napal, yang dipengaruhi oleh proses transgresi yang terus berlangsung hingga Pleistosen, sehingga menyebabkan pendalaman daerah cekungan. Ciri pengenalnya adalah lempung biru tua yang monoton, bagian atas satuan ini dijumpai lapisan batupasir kwarsa sedangkan Anggota Malo dari Formasi Lidah terdiri atas batugamping Coquina.




Sumber:

Bemmelen K.W.Van.1949. The Geology of Indonesia vol.general Geology of Indonesia and Adjecent Archipelagoes.Government Printing Office : Haque.
Putnam John.1964. Geology.Oxford Univercity Press : New York.
Whittow Jhon.1984.Dictionary of phisical Geography.penguin Books : Hiedlesex.
Lluly,james,Cs.1963.Principle of Geology.Modern Asia Editions.Tokyo
Herrels,Robert M.1951.A Texbook of Geology. Harper & Erotners Publisehers,New york.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar